RAYA INDONESIA

Tuesday, December 26, 2006

AMANDEMEN YANG SESAAT

Pada beberapa kesempatan, baik secara lisan maupun tertulis saya sudah sampaikan.Hentikan amandemen UUD 1945. Karena jika diteruskan maka itu lebih layak amandemen yang sesat.

Amandemen UUD 1945 secara akademis layak disebut antara lain sebagai akibat ketidak mengertian terhadap UUD 1945 dan secara politis sebagai perlindungan terhadap mantan-mantan penguasa baca;pejabat serta menambah pos demi kepentingan pihak-pihak tertentu untuk mendapatkan posisi tertentu dalam penyelenggaraan pemerintahan negara.


Demikianpun tentang pembentukan Mahkamah Konstitusi yang kewenangannya tidak jauh beda pada saat Aliansi kampus mengadakan seminar dan worshop.pada saat itu moderatornya Bambang Wijoyanto didampingi oleh Prof.Dr.Solly Lubis, SH.(guru besar hukum tata negara dari USU) waktu itu saya sampaikan. Jika MK dibentuk, maka kewenangannya bukan menguji UU terhadap UUD melainkan yang lebih penting adalah menguji segala tindakan penyelenggaraan kekuasaan eksekutif ( negara khususnya Presiden) pada tingkakat pertama dan terakhir. Apakah tindakan presiden melanggar UUD atau GBHN.

Intinya, Mahkamah Konstiusi mempunyai tugas dan wewenang pokok; Untuk menentukan berjalan atau tidaknya apa yang disebut "negara berdasar atas hukum' (rethsstaat).

Putusan Mahkamah Konstitusi ini akan menjadi landasan hukum bagi MPR, untuk memberhentikan presiden sebelum masa jabatan berakhir.Jika MK dibentuk dengan wewenang dan kekuasaan seperti saat ini maka keadaan itu tak lebih hanya menambah masalah dan lebih layak disebut menambah lapangan kerja. Demikian kira-kira antara lain saya sampaikan. Dan pada saat itu, ketika Bambang Wijayanto meminta pendapat Prof.Solly Lubis, SH. atas masukan saya, beliapun mengiyakan.Sebenarnya apa yang disampaikan SImbolon itulah yang dibutuhkan dan perlu diadakan. Tapi pada kenyataannya wewenang MK yang berdiri saat ini tidak jauh beda dengan yang diusulkan pada workshop tersebut.

Lambat tapi pasti, sepertinya mulai terbukti, bahwa amandemen UUD 1945 layak disebut amandemen yang sesat.

Putusan MK malah semakin banyak menimbulkan masalah.lagi-lagi objek yang diperiksa terkesan hanya atas kepentingan sekelompok tertentu, bukan kepentingan bangsa dan negara.Jika tidak boleh menyebutnya' tidak memberi manfaat bagi rakyat dalam rangka kesejahteraan rakyat dalam konteks negara berdasar atas hukum "wellfarestate dan rechtsstaat"

Pasca Amandemen sudah teramat banyak timbul masalah, sementara masalah yang lama belum ada solusi.

Mahkamah Agung berseteru dengan Komisi Judicial, baca putusan MK tentang wewenang Komisi Judicial.Komisi Pemberantasan Korupsi juga tak jauh beda nasibnya.DPR berseteru dengan DPD ;baca Detik.com edisi Selasa, 26 Desember 2006. Dan entah apalagi........


Untuk itu sepertinya kesadaran rakyat diperlukan untuk kembali ke UUD 1945 tanpa amandemen.






lebih layak disebut amandemen yang sesat.Lambat tapi pasti, sepertinya demikian

Friday, December 22, 2006

IBU

Hari ini Juma’t 22 Desember 2006 bertepatan dengan 1 Dzulhijjah 1427 H diperingati sebagai Hari Ibu.Berbagai kegiatan pun dilakukan, di Jakarta misalnya ada rombongan ibu-ibu yang berpawai, demo dan berbagai kegiatan mengekspresikan perasaan, tuntuan hak dan lain-lain yang bermaksud agar memperhatikan nasib kaum ibu yang selalu diposisikan atau merasa diposisikan pada urutan kesekian setelah kaum laki-laki.

Entah apa pula dasar pertimbangan dijadikannya tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu.Entah sejak kapan pula, akupun tak tau.Meskipun demikian sepertinya tidak perlu dipermasalahkan apalagi menjadikannya polemik menambah tak terhitung lagi polemic yang tengah terjadi di negeri ini.Barangkali dengan adanya hari ibu ini dapat dijadikan sebagai momen untuk mengingatkan kita semua untuk menghormati ibu.Ada waktu untuk menghormati kaum perempuan.

Dengan adanya hari ibu ini juga barangkali dapat diambil pelajaran betapa istimewanya seorang ibu, begitu besar perannya hingga diadakan suatu hari tertentu bagi menghormatinya.Kehormatannya barangkali lebih dari seorang ayah, bapak, kaum laki-laki yang tidak ada satu hari yang khusus menghormatinya.Tak ada hari ayah, hari bapak, hari laki-laki.

Berbahagialah ibu.
Sorga ada di telapak kaki ibu.
Hormatilah ibu mu, ibu mu, ibu mu, bapak mu, barangkali kira-kira demikian sabda Nabi Muhammad SAW

Ibu pertiwi, Ibu kota begitu banyak kosa kata dalam tata-bahasa Indonesia yang melambangkan begitu pentingnya, besarnya peran seorang ibu.Tak ada yang kata yang sepadan yang melambangkan kebesaran seorang bapak, tak ada bapak pertiwi, tak ada bapak kota.Tak ada pula Mother City.Sepertinya di planet ini hanya tata bahasa Indonesia yang memiliki perbendaharaan kata yang melambangkan dan mengingatkan betapa besar dan pentingnya peran seorang ibu.

Namun meskipun demikian, bagaimana anak negeri ini menghormati seorang perempuan yang kelak menjadi atau dipanggil dengan Ibu?

Fakta sepertinya berbicara, di negeri ini kaum ibu tidak mendapat penghormatan sebagaimana mestinya, jika tidak boleh menyebutnya “sangat menistakan”.Kaum ibu baca perempuan cenderung dijadikan menjadi komoditi murahan. Mulai dari ekspor tenaga kerja yang demikian gencar keluar negeri kebanyakan kaum ibu, kebanyakan pula mereka menjadi pembantu berkaitan dengan tingkat pendidikan yang sangat rendah.Menjadi model dengan berbagai pose seronok.Entah dengan peran apalagi yang sesungguhnya merupakan penistaan kaum ibu dengan berbagai alasan pembenar.

Mengapa demikian?

Barangkali tak lepas dan ada hubungannya dengan kaum ibu itu sendiri.Menjadi model disebut sebagai hak azasi, kebebasan berekspresi, seni dan lain-lain alasan.Dan jika dikaji lebih dalam dengan jernih barangkali ada hubungan dengan gerakan yang menuntut agar perempuan sama hak nya dengan laki-laki.Setidak-tidaknya ini merupakan side effect, efek negatif ataupun kesalahan dalam menterjemahkan hak azasi.Yang pada akhirnya para kaum ibu sendiri tidak menghormati diri dan predikat kebesaran, kehormatan yang menyertainya.Keadaan ini akan semakin diperparah oleh keinginan kaum lelaki untuk mengeksploitasi.

Menjadi TKI/wanita sepertinya merupakan sebuah keterpaksaan.Keinginan seorang ibu memberi yang terbaik bagi diri dan keluarganya (nafkah) telah menjadikan mereka rela meskipun harus menjadi pembatu rumah tangga di negeri orang. Kemiskinan (ilmu dan harta) menjadikan mereka harus bekerja. Ketiadaan lapangan pekerjaan dalam negeri memaksa mereka menjadi tenaga kerja di luar negeri, meskipun hanya jadi pembatu rumah tangga.Anehnya para pejabat negeri ini sepertinya berbangga dengan keadaan ini, dengan senyam-senyum mereka meresmikan ruang khusus bandara bagi tki.Perlindungan hukum bagi mereka sepertinya diabaikan, yang penting mereka menghasilkan devisa.Tak sedikit TKI khususnya perempuan mengalami siksaan hingga pulang ke tanah air menjadi jasad tanpa nyawa dengan keadaan yang sangat nista.

Astaghfirullah……….

Oooh Ibu, maafkan aku yang belum mampu menghormati dan menghargaimu, belum mampu memberi padamu yang seharusnya.Maafkan aku.Tabahkan hatimu ibu.

Oooh Ibu Pertiwi,
Keadaanmu tak jauh beda dengan kaum perempuan negeri ini.
Kekayaan alammu dieksploitasi besar-besaran tanpa menjaga keseimbangan.Hutanmu dibabat secara liar oleh para CU KONG lalu dibawa kenegeri seberang.Uang mu dirampas dengan modus KREDIT MACET dan berbagai alasan oleh para TAU KE. Anak-anakmu di jajali NARKOBA.Rumah bordil para CU KONG berserakan dimana-mana.

Anak-anakmu yang berusaha mencari rezeki dengan berjualan dipinggir jalan karena tak mampu membeli kios mewah pada mall pun digusur, barang dagangannya dirampas.

Pejabat-pejabat asyik masyuk dikamar hotel, dalam dan luar negeri. berpestapora, telah lupa jati diri karena dijajali narkoba dan berbagai gaya hidup budaya yang menyusup.Mereka juga sudah tak perduli dengan keadaanmu.Mereka sudah mabok, mereka sudah sakau, narkoba, judi, pelacuran.


Mereka pun mulai mengeruk isi perutmu, di Bojonegoro, di Cirebon mereka ambil isi perutmu.Engkau menjerit, tapi pejabat negeri tak menghiraukan.Entah mereka buta, entah mereka tuli.

Astaghfirullah……..

Ohhhh…Ibu Pertiwi, maafkan aku yang belum mampu menyadarkan mereka.

Ohhhhh..bunda yang tercinta. Tabahkan dan bersabarlah.Nantikan anakmu yang mendengar, mengerti dan mau menghormati, menghiasi serta berbakti padamu negeri Ibu tercinta.
Insya Allah.

Semoga dengan adanya hari ibu ini memberi pelajaran untuk menghormati kaum perempuan yang kelak menjadi dan atau dipanggil sebagai ibu.Menempatkannya sebagai mitra yang setara dengan kaum lelaki.

Kesetaraan jangan diartikan sama.Perempuan dengan laki-laki tentulah tak sama.Masing-masing mepunyai peran dan fungsi.Mereka sepertinya adalah mitra yang setara.Ibarat dua sisi mata uang, demikian kira-kira.

Kembalikan pada porsinya.Dudukkan secara proporsional.kembalilah pada peran dan fungsi.Hak dan kewajiban.Jangan merendahkan satu terhadap yang lain.Saling menopang, bahu membahu, hormat-menghormati dan saling mengasihi.

Tempatkan segala sesuatu secara proporsional.Laki-laki jadilah menjadi bapak yang baik dan benar.Perempuan jadilah sebagai Ibu yang baik dan benar. Laki-laki jangan menjadi atau bersikap atau berperan sebagai perempuan dan sebaliknya.

Tiada Aku tanpa Kau, tiada Kau tanpa Aku,yang ada adalah KITA dalam naungan dan dekapan kasih sayang-Nya.

Tuan rumah berlakulah sebagai tuan rumah yang baik dan benar.Tamu bersikaplah sebgai tamu yang baik dan benar. Tamu jangan menjadi tuan atas rumah orang lain.Jika itu dilakukan maka itu adalah penjajahan.

Penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan tidak sesuai dengan perikeadilan.Demikian ditentukan dalam UUD 1945 tanpa amandemen.Penindasan, penjajahan dalam segala bentuk tidak dibenarkan oleh hukum.

Dengan demikian diharapkan manusia akan lebih manusiawi, bangsa-bangsa hidup dalam kedamaian, hidup dalam kelayakan, penuh kasih saying, sejahteralah bangsa-bangsa di dunia. Insya Allah

Tuesday, December 19, 2006

BEBAS TANPA BATAS ITU BIADAB

Jika Bebas Tanpa Batas Itu Bi-adab (syaidinsimbolon@yahoo.com, 20/12/2006 11:53)
Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab itulah sila kedua dari Pancasila yang merupakan dasar negara RI

Dalam keadaan adil dan beradab itu tentu penuh dengan aturan, batasan, dan atau tatakrama, sopansantun.

Dalam konteks negara berdasar atas hukum (rechtsstaat) kebebasan tidak berarti tanpa batas.Jika bebas tanpa batas, tanpa norma, tanpa tatakrama, tanpa sopan-santun maka itu tak layak disebut beradab melainkan biadab.

Salah satu fungsi yang sekaligus ciri dari hukum adalah membatasi.Kepentingan seseorang jangan sampai melanggar kepentingan orang lain.Untuk itulah perlu ada hukum yang membatasi.

Sangat riskan bila pasal penghinaan presiden dan wakil presiden dihapuskan.Apa jadinya???

Persamaan dihadapan hukum tidaklah berarti sama rasa sama rata.

Sama rata sama rasa itu adalah pandangan komunis yang melanggar hukum alam.

Laki-laki adalah laki-laki, perempuan adalah perempuan, laki-laki tidak sama rata pula tidak sama rasa dengan perempuan.

Presiden adalah presiden dan rakyat adalah rakyat.Jika suatu ketika seorang rakyat menjadi presiden itu lain persoalan.Jika presiden sama rata-sama rasa dengan rakyat maka tidak perlu ada negara.

Memalukan, jika pejabat sebuah lembaga tidak faham perbedaan presiden dengan rakyat.Tidak mengerti kebebasan dalam konteks negara berdasar atas hukum (rechtstaat).

Jika itu masih disebut pejabat, maka jika boleh meminjam istilah yang pernah diucapkan oleh Bung Karno maka itu mungkin termasuk dalam golongan pejabat yang keblinger. Terlebih-lebih apabila itu dilakukan oleh Pejabat pada Mahkamah Konstitusi

Nauzdubillah....

Thursday, December 14, 2006

GARUDA, ELANG VERSUS NAGA

Temanku ternyata punya cerita yang selama ini ingin diberitahukannya pada aku.P adahal cerita itu telah cukup lama dia simpan dan pendam.Dia pendam karena dia ragu jika saya tidak percaya, dianggap tahayul ataupun dongeng, tidak ilmiah.

Menurut temanku, pada tatasurya ini ada suatu planet yang mirip dengan bumi.Kemiripannya bukan hanya dari segi ukuran, unsure-unsur yang membentuknya pendek kata tidak jauh beda bahkan sangat tipis bedanya dengan bumi. Nama planetnya pun Imub.Pola hidup populasi pada planet itu pun hamper sama dengan di Bumi, mereka juga punya bangsa dan negara.Bedanya sangat tipis, populasi di planet I bum namanya bukan terdiri dari manusia seperti di bumi melainkan Garuda, Elang dan Naga, Onta, Singa, Buaya, Beruang, Macan dan lain-lain sejenis itu.

Dalam planet itu masing-masing mempunyai wilayah teritorial mirip seperti negara di bumi, namun mereka tidak menyebutnya negara melainkan A ragen.

Diantara A ragen dari populasi planet I bum, hanya beberapa A ragen yang menjadi perhatian temanku karena menurut temanku masing-masing ingin menguasai planet I bum tersebut atau setidak-tidaknya punya hajat mendapat lebih banyak dari potensi planet I bum tersebut.

A ragen yang pertama adalah A ragen Elang, konon A ragen Elang ini disebut-sebut sebagai patih barangkali mirip polisi militer di bumi.Disusul oleh A ragen Naga, konon populasi a ragen ini dikenal sebagai ular yang dapat bertelur banyak dalam satu masa perkembangbiakan, populasinya cepat berkembang biak dan barangkali oleh karena kecepatan perkembangan itu mereka terlihat ulet. A ragen ketiga adalah populasi Garuda, konon tanah airnya kaya raya dan populasinya dikenal sebagai populasi yang bersifat kepada Yang Menciptakan planet I bum dan memberi kekayaan alam yang berlimpah itu, ‘religius’.

Sebelum melanjutkan ceritanya, tiba-tiba temanku bertanya.”Menurut kamu secara alami, naluriah mana kira-kira diantara ketiga populasi A ragen itu yang menjadi kawan, jika harus punya kawan dan yang mana yang harus menjadi lawan jika harus punya lawan.?

Manakah yang menjadi sejoli jika memang harus ada sejoli?”

Lebih lanjut, temanku semakin membuat pertanyaan sederhana.Populasi manakah yang lebih layak bersanding atau disandingkan menjadi sejoli ibarat sepasang kekasih?

Apakah Elang dengan Naga?
Ataukah Garuda dengan Elang?
Atau Naga dengan Garuda?

Mudahkan? Lanjut temanku.

Berfikirlah, berfikirlah, berfikirlah lalu Ikhtiar, bekerja sebab ada pepatah.
Fikir itu pelita hati.
Tanpa terang maka tindakanmu akan menjadi tak karuan.

Mereka yang banyak berfikir dalam nama-Nya akan mendapat hikmat dari-Nya.

Tuesday, December 12, 2006

AWAS RAYUAN MAUT CHINA


Kalimat diatas merupakan judul sebuah berita pada harian Warta Kota edisi Juma’at 8 Desember 2006 halaman 6.

Dalam pemberitaan dituliskan:
“KETUA Pusat Studi China Universitas Indonesia, DR.I Wibowo mengingatkan agar semua mewaspadai kebangikitan China yang lebih banyak dikaitkan dengan pertumbuhan militernya atau hard power ketimbang soft power atau kekuatan lunaknya yang juga dikembangkan negara tersebut. “Kita harus melihat China tidak hanya berdasarkan hard power tetapi juga soft power-nya.” Kata I Bowo dalam diskusi “Kemitraan Strategis RI-RRC : Tindak Lanjut Konkret dan Prospek ke Depan”, di Jakarta, Kamis (7/12). Menurut dia, pada kekuatan lunak tidak digunakan militer melainkan kekuatan bujukan atau daya tarik, namun tujuannya sama yaitu membuat pihak lain tunduk.Serangkaian tindakan China dalam hal ini diantaranya menjalin hubungan persahabatan dengan negara lain sebanyak mungkin.”Kini, dapat dikatakan China berhasil mengurangi jumlah negara yang memusuhinya.Amerika Serikat dan Uni Eropa telah dirangkulnya.Begitu pula Rusia yang sewaktu masih berbentuk Uni Soviet menjadi musuh besarnya,” ujar pengajar di FIB UI. China juga menawarkan berbagai bantuan keuangan kepada sejumlah negara berkembang, tanpa syarat ketat sebagaimana dituntut World Bank atau negara maju. (Ant/wip) “

Apa yang dikatakan DR I Wibowo seperti disebut pada pemberitaan tersebut sepertinya mendekati fakta meskipun masih terkesan sangat diplomatis, atau barangkali itu sebgai ciri bahasa akademisi atau mungkin pula dipengaruhi oleh budaya Indonesia, ‘jawa’, santun, halus bahkan mungkin euh pakeuh.Atau barangkali bahasa yang itu merupakan bahasa para bijak.

Bahasa orang bijak memang sepertinya tidak begitu mudah untuk dipahami, terlebih-lebih awam dengan tingkat pendidikan formal yang masih belum layak,seperti kebanyakan rakyat negeri ini. Oleh karena itu sepertinya apa yang dikemukakan oleh DR.I Wibowo tersebut perlu dikaji atau ditelusuri lebih rinci dengan bahasa sederhana yang mudah dipahami oleh rakyat kebanyakan negeri ini.

Penelusuran lebih rinci dan sederhana barangkali diperlukan agar masyarakat kebanyakan negeri ini dapat memahami apa yang dimaksud oleh DR.I Wibowo tersebut.Bagaimana dan seperti apa rayuan maut tersebut.

Pemahaman atas hal tersebut diperlukan agar masyarakat kebanyakan dapat mengantisipasi rayuan maut tersebut, dimana tujuannya adalah membuat pihak lain tunduk. Karena hard power maupun soft power-nya China itu tujuannya sama yaitu membuat pihak lain tunduk.

Tujuan China seperti ditulis dalam pemberitaan tersebut barangkali tak jauh beda dengan apa yang dilakukan oleh “kaum penjajah”, imperialis maupun kolonialis.

Untuk mengantisipasi tujuan kaum penjajah sepertinya tidak boleh tidak rakyat kebanyakan harus mengetahui apa yang termasuk atau dimaksud dengan soft power.Bagaimana bentuk atau wujudnya.


Jika rakyat kebanyakan negeri ini boleh disebut sebagai masyarakat dasar, maka sepertinya masyarakat dasar inilah yang perlu mendapat penguatan.Rakyat kuat negara kuat, demikian kira-kira pesan para bijak pendahulu.

Soft power ini sepertinya sangat berbahaya sebab masyarakat yang terkena pengaruhnya tidak merasa ditundukkan, “dijajah”.Yang barangkali sesuai dengan namanya “halus”.

Akan lain halnya bila penundukan itu dilakukan dengan hard power “senjata”.Apabila suatu negara membawa kekuatan bersenjata memasuki negara lain, maka secara pelak itu akan disebut dan dirasakan sebagai penjajah, padahal belum tentu demikian.

Masuknya kekuatan bersenjata suatu negara ke negara lain cenderung dicap sebagai penjajah padahal belum tentu.

Karena dimungkinkan masuknya kekuatan bersenjata itu justru membantu dan melindungi negara tersebut dari penjajahan melalui soft power, kekuatan lunak seperti penguasaan perekonomian suatu negara oleh negara lain.Melalui penguasaan perekonomian tersebut, para penjajah dengan soft power pula telah menciptakan konflik di negara tesebut antara rakyat dengan penguasa.Konflik mana pula dapat terbuka maupun tertutup.

Rakyat miskin, penyakitan, busung lapar hingga mati kelaparan sementara para penguasa (elit pejabat pemerintahan) hidup bermewah-mewah, pelesiran kemana-mana dengan berbagai alasan tugas negara.Barangkali ini boleh disebut sebagai konflik tertutup.

Pada berbagai tempat terjadi tawuran, mulai dari lempar batu hingga lempar amunisi dan bom.Rakyat bentrok dengan aparat pemerintah, bahkan terkadang sudah sulit membedakannya dengan apa yang disebut dengan perang.

Konflik seperti tersebut sesungguhnya merupakan akibat dari soft power yang sudah menguasai suatu kelompok masyarakat yang dimaksudkan untuk melemahkan, “menghabisi” suatu kelompok masyarakat untuk kemudian membuat masyarakat tersebut dan atau wilayahnya tunduk dibawah kekuasaan pengguna soft power tersebut.

Dalam konflik diatas, maka yang menadapat julukan sebagai penjajah adalah yang membawa kekuatan bersenjata, bukan yang membawa soft power.

Inilah barangkali kepintaran suatu kelompok masyarakat penjajah masa kini.Tidak menggunakan kekuatan bersenjata, melainkan menggunakan soft power.Meskipun demikian, pengguna soft power bukan berarti tidak memperkuat persenjataannya.Hasil dari penggunaan soft power pada akhirnya sebagian disisihkan untuk memperkuat persejataannya, hard power-nya

Pada era ini sepertinya kaum imperial ataupun colonial tidak lagi dengan cara kekuatan persenjataan untuk menundukkan suatu negara setidak-tidaknya tidak mendahulukan kekuatan senjata, melainkan dengan soft power.Inilah barangkali kepintaran penjajah modern, ultra colonialism imperialism, jika tidak boleh menyebutnya sebagai kelicikan.

Barangkali penjajahan soft power ini dapat terlihat dengan perubahan cara hidup suatu masyarakat, munculnya symbol-simbol yang berasal dari negara asing (pengguna soft power), penguasaan perekonomian dan lain-lain tanpa emmerlihatkan kekuatan senjata. Masyarakat kehilangan identitas diri, meninggalkan budaya asli (budaya tinggi).Pada akhirnya bermuara pada penundukan.

Pada banyak tempat di negeri ini banyak bermunculan aksara China baik berupa merek took atau usaha dagang lainnya.Namun sepertinya tidak mudah untuk menemukan merek toko atau usaha dagang lainnya dengan aksara jawa ataupun batak. Bak mie, bak so dimana-mana, tapi sulit menemukan Mie Sop atau Mie Daging. Padahal “bak” dalam bahasa China didominasi oleh pengertian “daging babi”.

Apakah peguasaan perekonomian negeri ini ada hubungannya dengan soft power yang dipergunakan oleh China sebagaimana disebut dalam pemberitaan tersebut barangkali perlu mendapat perhatian secara serius untuk disikapi secara bijak.