IBU
Hari ini Juma’t 22 Desember 2006 bertepatan dengan 1 Dzulhijjah 1427 H diperingati sebagai Hari Ibu.Berbagai kegiatan pun dilakukan, di Jakarta misalnya ada rombongan ibu-ibu yang berpawai, demo dan berbagai kegiatan mengekspresikan perasaan, tuntuan hak dan lain-lain yang bermaksud agar memperhatikan nasib kaum ibu yang selalu diposisikan atau merasa diposisikan pada urutan kesekian setelah kaum laki-laki.
Entah apa pula dasar pertimbangan dijadikannya tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu.Entah sejak kapan pula, akupun tak tau.Meskipun demikian sepertinya tidak perlu dipermasalahkan apalagi menjadikannya polemik menambah tak terhitung lagi polemic yang tengah terjadi di negeri ini.Barangkali dengan adanya hari ibu ini dapat dijadikan sebagai momen untuk mengingatkan kita semua untuk menghormati ibu.Ada waktu untuk menghormati kaum perempuan.
Dengan adanya hari ibu ini juga barangkali dapat diambil pelajaran betapa istimewanya seorang ibu, begitu besar perannya hingga diadakan suatu hari tertentu bagi menghormatinya.Kehormatannya barangkali lebih dari seorang ayah, bapak, kaum laki-laki yang tidak ada satu hari yang khusus menghormatinya.Tak ada hari ayah, hari bapak, hari laki-laki.
Berbahagialah ibu.
Sorga ada di telapak kaki ibu.
Hormatilah ibu mu, ibu mu, ibu mu, bapak mu, barangkali kira-kira demikian sabda Nabi Muhammad SAW
Ibu pertiwi, Ibu kota begitu banyak kosa kata dalam tata-bahasa Indonesia yang melambangkan begitu pentingnya, besarnya peran seorang ibu.Tak ada yang kata yang sepadan yang melambangkan kebesaran seorang bapak, tak ada bapak pertiwi, tak ada bapak kota.Tak ada pula Mother City.Sepertinya di planet ini hanya tata bahasa Indonesia yang memiliki perbendaharaan kata yang melambangkan dan mengingatkan betapa besar dan pentingnya peran seorang ibu.
Namun meskipun demikian, bagaimana anak negeri ini menghormati seorang perempuan yang kelak menjadi atau dipanggil dengan Ibu?
Fakta sepertinya berbicara, di negeri ini kaum ibu tidak mendapat penghormatan sebagaimana mestinya, jika tidak boleh menyebutnya “sangat menistakan”.Kaum ibu baca perempuan cenderung dijadikan menjadi komoditi murahan. Mulai dari ekspor tenaga kerja yang demikian gencar keluar negeri kebanyakan kaum ibu, kebanyakan pula mereka menjadi pembantu berkaitan dengan tingkat pendidikan yang sangat rendah.Menjadi model dengan berbagai pose seronok.Entah dengan peran apalagi yang sesungguhnya merupakan penistaan kaum ibu dengan berbagai alasan pembenar.
Mengapa demikian?
Barangkali tak lepas dan ada hubungannya dengan kaum ibu itu sendiri.Menjadi model disebut sebagai hak azasi, kebebasan berekspresi, seni dan lain-lain alasan.Dan jika dikaji lebih dalam dengan jernih barangkali ada hubungan dengan gerakan yang menuntut agar perempuan sama hak nya dengan laki-laki.Setidak-tidaknya ini merupakan side effect, efek negatif ataupun kesalahan dalam menterjemahkan hak azasi.Yang pada akhirnya para kaum ibu sendiri tidak menghormati diri dan predikat kebesaran, kehormatan yang menyertainya.Keadaan ini akan semakin diperparah oleh keinginan kaum lelaki untuk mengeksploitasi.
Menjadi TKI/wanita sepertinya merupakan sebuah keterpaksaan.Keinginan seorang ibu memberi yang terbaik bagi diri dan keluarganya (nafkah) telah menjadikan mereka rela meskipun harus menjadi pembatu rumah tangga di negeri orang. Kemiskinan (ilmu dan harta) menjadikan mereka harus bekerja. Ketiadaan lapangan pekerjaan dalam negeri memaksa mereka menjadi tenaga kerja di luar negeri, meskipun hanya jadi pembatu rumah tangga.Anehnya para pejabat negeri ini sepertinya berbangga dengan keadaan ini, dengan senyam-senyum mereka meresmikan ruang khusus bandara bagi tki.Perlindungan hukum bagi mereka sepertinya diabaikan, yang penting mereka menghasilkan devisa.Tak sedikit TKI khususnya perempuan mengalami siksaan hingga pulang ke tanah air menjadi jasad tanpa nyawa dengan keadaan yang sangat nista.
Astaghfirullah……….
Oooh Ibu, maafkan aku yang belum mampu menghormati dan menghargaimu, belum mampu memberi padamu yang seharusnya.Maafkan aku.Tabahkan hatimu ibu.
Oooh Ibu Pertiwi,
Keadaanmu tak jauh beda dengan kaum perempuan negeri ini.
Kekayaan alammu dieksploitasi besar-besaran tanpa menjaga keseimbangan.Hutanmu dibabat secara liar oleh para CU KONG lalu dibawa kenegeri seberang.Uang mu dirampas dengan modus KREDIT MACET dan berbagai alasan oleh para TAU KE. Anak-anakmu di jajali NARKOBA.Rumah bordil para CU KONG berserakan dimana-mana.
Anak-anakmu yang berusaha mencari rezeki dengan berjualan dipinggir jalan karena tak mampu membeli kios mewah pada mall pun digusur, barang dagangannya dirampas.
Pejabat-pejabat asyik masyuk dikamar hotel, dalam dan luar negeri. berpestapora, telah lupa jati diri karena dijajali narkoba dan berbagai gaya hidup budaya yang menyusup.Mereka juga sudah tak perduli dengan keadaanmu.Mereka sudah mabok, mereka sudah sakau, narkoba, judi, pelacuran.
Mereka pun mulai mengeruk isi perutmu, di Bojonegoro, di Cirebon mereka ambil isi perutmu.Engkau menjerit, tapi pejabat negeri tak menghiraukan.Entah mereka buta, entah mereka tuli.
Astaghfirullah……..
Ohhhh…Ibu Pertiwi, maafkan aku yang belum mampu menyadarkan mereka.
Ohhhhh..bunda yang tercinta. Tabahkan dan bersabarlah.Nantikan anakmu yang mendengar, mengerti dan mau menghormati, menghiasi serta berbakti padamu negeri Ibu tercinta.
Insya Allah.
Semoga dengan adanya hari ibu ini memberi pelajaran untuk menghormati kaum perempuan yang kelak menjadi dan atau dipanggil sebagai ibu.Menempatkannya sebagai mitra yang setara dengan kaum lelaki.
Kesetaraan jangan diartikan sama.Perempuan dengan laki-laki tentulah tak sama.Masing-masing mepunyai peran dan fungsi.Mereka sepertinya adalah mitra yang setara.Ibarat dua sisi mata uang, demikian kira-kira.
Kembalikan pada porsinya.Dudukkan secara proporsional.kembalilah pada peran dan fungsi.Hak dan kewajiban.Jangan merendahkan satu terhadap yang lain.Saling menopang, bahu membahu, hormat-menghormati dan saling mengasihi.
Tempatkan segala sesuatu secara proporsional.Laki-laki jadilah menjadi bapak yang baik dan benar.Perempuan jadilah sebagai Ibu yang baik dan benar. Laki-laki jangan menjadi atau bersikap atau berperan sebagai perempuan dan sebaliknya.
Tiada Aku tanpa Kau, tiada Kau tanpa Aku,yang ada adalah KITA dalam naungan dan dekapan kasih sayang-Nya.
Tuan rumah berlakulah sebagai tuan rumah yang baik dan benar.Tamu bersikaplah sebgai tamu yang baik dan benar. Tamu jangan menjadi tuan atas rumah orang lain.Jika itu dilakukan maka itu adalah penjajahan.
Penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan tidak sesuai dengan perikeadilan.Demikian ditentukan dalam UUD 1945 tanpa amandemen.Penindasan, penjajahan dalam segala bentuk tidak dibenarkan oleh hukum.
Dengan demikian diharapkan manusia akan lebih manusiawi, bangsa-bangsa hidup dalam kedamaian, hidup dalam kelayakan, penuh kasih saying, sejahteralah bangsa-bangsa di dunia. Insya Allah
Entah apa pula dasar pertimbangan dijadikannya tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu.Entah sejak kapan pula, akupun tak tau.Meskipun demikian sepertinya tidak perlu dipermasalahkan apalagi menjadikannya polemik menambah tak terhitung lagi polemic yang tengah terjadi di negeri ini.Barangkali dengan adanya hari ibu ini dapat dijadikan sebagai momen untuk mengingatkan kita semua untuk menghormati ibu.Ada waktu untuk menghormati kaum perempuan.
Dengan adanya hari ibu ini juga barangkali dapat diambil pelajaran betapa istimewanya seorang ibu, begitu besar perannya hingga diadakan suatu hari tertentu bagi menghormatinya.Kehormatannya barangkali lebih dari seorang ayah, bapak, kaum laki-laki yang tidak ada satu hari yang khusus menghormatinya.Tak ada hari ayah, hari bapak, hari laki-laki.
Berbahagialah ibu.
Sorga ada di telapak kaki ibu.
Hormatilah ibu mu, ibu mu, ibu mu, bapak mu, barangkali kira-kira demikian sabda Nabi Muhammad SAW
Ibu pertiwi, Ibu kota begitu banyak kosa kata dalam tata-bahasa Indonesia yang melambangkan begitu pentingnya, besarnya peran seorang ibu.Tak ada yang kata yang sepadan yang melambangkan kebesaran seorang bapak, tak ada bapak pertiwi, tak ada bapak kota.Tak ada pula Mother City.Sepertinya di planet ini hanya tata bahasa Indonesia yang memiliki perbendaharaan kata yang melambangkan dan mengingatkan betapa besar dan pentingnya peran seorang ibu.
Namun meskipun demikian, bagaimana anak negeri ini menghormati seorang perempuan yang kelak menjadi atau dipanggil dengan Ibu?
Fakta sepertinya berbicara, di negeri ini kaum ibu tidak mendapat penghormatan sebagaimana mestinya, jika tidak boleh menyebutnya “sangat menistakan”.Kaum ibu baca perempuan cenderung dijadikan menjadi komoditi murahan. Mulai dari ekspor tenaga kerja yang demikian gencar keluar negeri kebanyakan kaum ibu, kebanyakan pula mereka menjadi pembantu berkaitan dengan tingkat pendidikan yang sangat rendah.Menjadi model dengan berbagai pose seronok.Entah dengan peran apalagi yang sesungguhnya merupakan penistaan kaum ibu dengan berbagai alasan pembenar.
Mengapa demikian?
Barangkali tak lepas dan ada hubungannya dengan kaum ibu itu sendiri.Menjadi model disebut sebagai hak azasi, kebebasan berekspresi, seni dan lain-lain alasan.Dan jika dikaji lebih dalam dengan jernih barangkali ada hubungan dengan gerakan yang menuntut agar perempuan sama hak nya dengan laki-laki.Setidak-tidaknya ini merupakan side effect, efek negatif ataupun kesalahan dalam menterjemahkan hak azasi.Yang pada akhirnya para kaum ibu sendiri tidak menghormati diri dan predikat kebesaran, kehormatan yang menyertainya.Keadaan ini akan semakin diperparah oleh keinginan kaum lelaki untuk mengeksploitasi.
Menjadi TKI/wanita sepertinya merupakan sebuah keterpaksaan.Keinginan seorang ibu memberi yang terbaik bagi diri dan keluarganya (nafkah) telah menjadikan mereka rela meskipun harus menjadi pembatu rumah tangga di negeri orang. Kemiskinan (ilmu dan harta) menjadikan mereka harus bekerja. Ketiadaan lapangan pekerjaan dalam negeri memaksa mereka menjadi tenaga kerja di luar negeri, meskipun hanya jadi pembatu rumah tangga.Anehnya para pejabat negeri ini sepertinya berbangga dengan keadaan ini, dengan senyam-senyum mereka meresmikan ruang khusus bandara bagi tki.Perlindungan hukum bagi mereka sepertinya diabaikan, yang penting mereka menghasilkan devisa.Tak sedikit TKI khususnya perempuan mengalami siksaan hingga pulang ke tanah air menjadi jasad tanpa nyawa dengan keadaan yang sangat nista.
Astaghfirullah……….
Oooh Ibu, maafkan aku yang belum mampu menghormati dan menghargaimu, belum mampu memberi padamu yang seharusnya.Maafkan aku.Tabahkan hatimu ibu.
Oooh Ibu Pertiwi,
Keadaanmu tak jauh beda dengan kaum perempuan negeri ini.
Kekayaan alammu dieksploitasi besar-besaran tanpa menjaga keseimbangan.Hutanmu dibabat secara liar oleh para CU KONG lalu dibawa kenegeri seberang.Uang mu dirampas dengan modus KREDIT MACET dan berbagai alasan oleh para TAU KE. Anak-anakmu di jajali NARKOBA.Rumah bordil para CU KONG berserakan dimana-mana.
Anak-anakmu yang berusaha mencari rezeki dengan berjualan dipinggir jalan karena tak mampu membeli kios mewah pada mall pun digusur, barang dagangannya dirampas.
Pejabat-pejabat asyik masyuk dikamar hotel, dalam dan luar negeri. berpestapora, telah lupa jati diri karena dijajali narkoba dan berbagai gaya hidup budaya yang menyusup.Mereka juga sudah tak perduli dengan keadaanmu.Mereka sudah mabok, mereka sudah sakau, narkoba, judi, pelacuran.
Mereka pun mulai mengeruk isi perutmu, di Bojonegoro, di Cirebon mereka ambil isi perutmu.Engkau menjerit, tapi pejabat negeri tak menghiraukan.Entah mereka buta, entah mereka tuli.
Astaghfirullah……..
Ohhhh…Ibu Pertiwi, maafkan aku yang belum mampu menyadarkan mereka.
Ohhhhh..bunda yang tercinta. Tabahkan dan bersabarlah.Nantikan anakmu yang mendengar, mengerti dan mau menghormati, menghiasi serta berbakti padamu negeri Ibu tercinta.
Insya Allah.
Semoga dengan adanya hari ibu ini memberi pelajaran untuk menghormati kaum perempuan yang kelak menjadi dan atau dipanggil sebagai ibu.Menempatkannya sebagai mitra yang setara dengan kaum lelaki.
Kesetaraan jangan diartikan sama.Perempuan dengan laki-laki tentulah tak sama.Masing-masing mepunyai peran dan fungsi.Mereka sepertinya adalah mitra yang setara.Ibarat dua sisi mata uang, demikian kira-kira.
Kembalikan pada porsinya.Dudukkan secara proporsional.kembalilah pada peran dan fungsi.Hak dan kewajiban.Jangan merendahkan satu terhadap yang lain.Saling menopang, bahu membahu, hormat-menghormati dan saling mengasihi.
Tempatkan segala sesuatu secara proporsional.Laki-laki jadilah menjadi bapak yang baik dan benar.Perempuan jadilah sebagai Ibu yang baik dan benar. Laki-laki jangan menjadi atau bersikap atau berperan sebagai perempuan dan sebaliknya.
Tiada Aku tanpa Kau, tiada Kau tanpa Aku,yang ada adalah KITA dalam naungan dan dekapan kasih sayang-Nya.
Tuan rumah berlakulah sebagai tuan rumah yang baik dan benar.Tamu bersikaplah sebgai tamu yang baik dan benar. Tamu jangan menjadi tuan atas rumah orang lain.Jika itu dilakukan maka itu adalah penjajahan.
Penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan tidak sesuai dengan perikeadilan.Demikian ditentukan dalam UUD 1945 tanpa amandemen.Penindasan, penjajahan dalam segala bentuk tidak dibenarkan oleh hukum.
Dengan demikian diharapkan manusia akan lebih manusiawi, bangsa-bangsa hidup dalam kedamaian, hidup dalam kelayakan, penuh kasih saying, sejahteralah bangsa-bangsa di dunia. Insya Allah
0 Comments:
Post a Comment
<< Home