PEREMPUAN
Suatu ketika temanku mengajakku bercerita tentang perempuan.Karena entah kebetulan akupun bersedia mendengar ceritanya, lebih kurang seperti dibawah ini:
Entah karena apa aku sering berfikir dan bertanya tentang perempuan?
Tapi tunggu dulu yang aku pikirkan tentang perempuan mungkin bukan seperti apa yang ada dalam pikiran kau.
Jika kau berfikir tentang perempuan mungkin adalah kecantikannya, keindahan dan lain lain hal yang menarik perhatian kebanyakan kaum lelaki.
Akupun senang dengan perempuan cantik. Tapi tunggu dulu, cantik menurut aku belum tentu cantik menurutmu. Dan sebaliknya, mungkin menurutmu perempuan itu cantik, sexy waaaahhh,,,,itu mungkin benar, namun aku mungkin tidak berkata demikian.
Tentang perempuan cantik, indah, sexy sepertinya itu semu setidak-tidaknya relatif. Dalam kamus batak ada juga istilah, "roa rupana alai uli pangalahona" (jelek rupa tapi baik hati dan jiwanya). Dan jika kecantikan, keindahan perempuan yang kita bicarakan sepertinya tidak ada habis-habisnya juga tidak ada titik temunya.Sepertinya itu adalah kecantikan, keindahan semu. Mungkin bolehlah kita merujuk, seindah-indahnya perempuan tak seindah indahnya Yang Maha Pencipta. Disanalah kecantikan dan keindahan yang sesungguhnya.
"Perempuan mahluk yang lemah", yang ini barang kali yang terlupakan.
Benarkah perempuan itu mahluk yang lemah???
Inilah pertanyaan yang entah karena apa aku sering memikirkannya. Atau barangkali karena aku sangat merasakan betapa baiknya ibu yang melahirkan aku.Selalu bersikap lemah lembut kepada ku. Seingat aku, aku tak pernah dimarahi oleh ibu ku. Tak pernah aku dimarahi. Berangkat dari sikap ibuku kepadaku yang tidak pernah marah maka aku menganggap semua perempuan itu baik, pendek kata aku sangat menghormati dan menjunjung tinggi harkat dan martabat perempuan.
Apakah karena mereka lemah sehingga mereka menjadi baik dan lemah lebut???Sekali lagi entah karena apa???
Kembali tentang "perempuan mahluk yang lemah", disini aku berusaha harus untuk melepaskan diri dari pandangan dan sikap aku terhadap perempuan. Aku akan berusaha menjadi objektif, karena seharusnya lah demikian.Karena yang akan dicari adalah yang "seharusnya" dan atau "sebenarnya".
Barangkali kita boleh berangkat dari kisah tua seperti Simson dan Delilah.Mungkin kau juga pernah dengar atau lihat atau mungkin membaca kisah Simson dan Delilah.Kisah ini sudah terpublikasi dalam banyak persi, bahkan jika "di tanah Betawi" Jakarta tempo doloe ada kisah Simson Betawi.
Kisah Simson banyak versinya, namun kesemuanya menggambarkan tokoh utamanya Simson yang kuat perkasa dimana para musuh-musuhnya tak mampu mengalahkannya.Simson adalah lelaki kuat yang tidak ada tandingannya.Begitu kuatnya sang SIMSON, semua lawan tak berkutik dibuatnya.
Namun, sopo nyono akhirnya Simson pun jatuh terkulai tak berdaya dihadapan seorang perempuan bernama Delilah, setidak-tidaknya oleh karena perempuan.Tanpa peran si perempuan itu kemungkinan hingga sekarang ini Simson tidak akan dapat dikalahkan oleh lawan-lawannya.Entah karena perempuan itu cantik, lagi-lagi entah,,,,,sebab cantik itu sepertinya relatif.Mungkin cantik menurut Simson, namun mungkin sebaliknya menurut aku.Tapi yang tak dapat dibantah oleh Simson adalah jika tanpa peran perempuan (Delilah) itu, para musuh-musuhnya tidak akan dapat mengalahkannya.
Kisah Simson, hanyalah satu diantara banyak kisah orang "lelaki" kuat di dunia yang kalah dan jatuh oleh karena perempuan, setidak-tidaknya oleh karena peran perempuan yang sering-sering disebut dan atau menyebut-nyebut dirinya sebagai mahluk lemah.
Jika pengen tau kisah-kisah "lelaki kuat" yang takluk atau akhirnya "jatuh" , "dikalahkan" oleh perempuan, silahkan baca kisah Nabi (Raja) Sulaiman, Kaisar Romawi dan lain-lain banyak kisah. Boleh dikatakan, mungkin lebih dari 90 % "lelaki kuat" yang pernah ada di dunia ini "takluk", "kalah", "jatuh" oleh perempuan, setidak-tidaknya oleh karena peran perempuan. Dan itu bukan menurut aku, tidak juga kau. Namun sepertinya itu fakta yang perlu diambil hikmahnya baik oleh laki-laki maupun oleh perempuan.
Tulisan sederhana ini bukanlah bermaksud memojokkan perempuan bukan pula membela lelaki.Tidak pula mengkultuskan kaum perempuan pula bukan merendahkan kaum lelaki, melainkan suatu niatan untuk mendudukan segala sesuatu sesuai dengan peran dan fungsinya karena seharusnya memang demikianlah adanya.Dudukkan setiap perkara sesuai dengan hukum nya.Bukan karena AKU, tidak juga KAU, sebab tiada KAU tanpa AKU, dan tiada AKU tanpa KAU, yang ada adalah KITA.
Lagi, tulisan ini pun tidak beretujuan mencari siapa yang kuat dan siapa yang lemah.Sebab ke 2 nya ada tugas dan tanggungjawabnya.
Mungkin tulisan sederhana ini dapat bermanfaat baik agar perempuan sering menyebut dirinya sebagai mahluk yang lemah, dan lelaki menganggap dirinya mahluk yang kuat.Perempuan memperdaya lelaki dengan jargon mahluk lemahnya dan lelaki terbuai dgn ego nya, merasa "super". Jika anda mau mencoba membaca bahasa simbol sepertinya seorang lelaki hanya untuk mengangkat 2 biji telur pun sudah minta bantuan burung, sedangkan perempuan membawa 2 gunung tak minta bantuan, malah dia tampak semakin gagah. "(bahasa atau anatomi tubuh lelaki dgn perempuan)".Mungkin bahasa simbol jauh lebih jujur, atau setidak-tidaknya lebih mendekati kejujuran.
Lelaki seharusnya tidak perlu merasa "super" terhadap perempuan, lihat saja kisah-kisah "lelaki kuat" di dunia, kisah atau fakta menunjukkan lelaki dipihak yang kalah atau lemah.Perempuan pun tak seharusnya merasa "super" terhadap lelaki sebab keduanya mempunyai tugas dan tanggungjawab yang berbeda namun tujuan seharusnya sama.
Dengan demikian, antara lelaki dengan perempuan seharusnya saling bertolong-tolongan, sebab seharusnya emang demikian lah adanya.Perempuan tidak untuk menaklukkan lelaki, dan lelaki tidak untuk meremehkan perempuan.Lelaki dengan perempuan ibarat AKU dengan KAU. Serupa tapi tak sama.
Perempuan jangan lah menuntut sama dengan lelaki (mohon para aktivis aktivis HAM berkenan kaji ulang tentanga tuntutan persamaan hak antara laki-laki dengan perempuan).Laki-laki tidak akan pernah sama dengan perempuan.Laki-laki dan perempuan mempunyai peran dan fungsi yang berbeda, sedangkan hak mengikuti dan sejalan dengan fungsi dan peran. Hukum menentukan hak dan kewajiban disesuaikan atau timbul dari dan oleh karena fungsi dan peran.
Maka jika ada yang berjuang, agar perempuan menuntut hak yang sama dengan laki-laki, itu merupakan pengingkaran terhadap kodrat. Pula itu bukanlah penegakan/perjuangan HAM bukan pula penegakan hukum.Namun itu lebih layak disebut pengacau dan pembuat kekacauan hukum.
Sekali lagi, perempuan tak sama dengan laki-laki, dari dan oleh karena itu menurut hukumnya, hak nya juga tentulah tak sama.
Perlu diperhatikan, menurut hukumnya sama-sama tidaklah berarti sama.
Laki-laki dan perempuan memang sama-sama punya hak, ini lah yang benar dan inilah yang menurut hukumnya.
Di depan yang patut di depan dan yang lainnya mengikut. Seharusnya lah demikian. Oleh karena itu, bertolong-tolongan lah, saling mengasihi lah lelaki dengan perempuan.
Lakukan segala sesuatu sesuai dengan peran dan fungsi.Tuntutlah sesuai hak dan kewajiban. Sepertinya demikianlah menurut hukum nya.Jika itu menurut hukumnya damai sejahtera lah masyarakat bangsa Indonesia, Raya lah Indonesia dan Insya Allah selamat lah selamat lah KITA dunia dan akhirat. INSYA ALLAH
0 Comments:
Post a Comment
<< Home