RAYA INDONESIA

Friday, December 09, 2005

MARI BELAJAR "SEHARUSNYA"

Membaca media indonesia online edisi Jumat 9-12-2005 tentang kabinet Indonesia Bersatu dimana ada kesempatan untuk memberi tanggapan, maka sebagai seorang anak bangsa saya dengan kemampuan yg seadanya memberi tanggapan, namun setelah beberapa lama tanggapan yang saya kirimkan itu tidak juga atau belum juga dimuat.Entah karena apa??? Padahal sebelum-sebelumnya pada kesempatan dan topik lain tanggapan saya langsung dimuat.Aku memang bukan penulis, hanya belajar untuk peduli kepada yg "seharusnya".Aku menyadari tanggapanku mungkin tidak memenuhi syarat secara redaksional karena memang aku tidak memiliki latar belakang dan keahlian jurnalistik yang ada adalah keinginan untuk belajar "seharusnya".

Maka suatu kesempatan ada teman yang baik dan perduli tantang keluhanku tidak dimuatnya tanggapan itu, secara spontan teman itu memberi saran dan langsung mengajariku dan membuatkan web site ini. Dan jika para pembaca/pengunjung web site ini ingin mengetahui, ERWIN nama teman ku yang baik itu.
Dan kepada penyedia web site ini aku juga tak lupa tuturkan terimakasih.Semoga jasa dan amalannya diterima oleh Yang Maha Kuasa Pencipta dan Pemilik Alama Semesta.Semoga website ini membawa manfaat yang baik dan benar bagi semesta alam.

Kepada para pengunjung dan pembaca yang budiman dikarenakan oleh keterbatasan aku berharap agar berkenan menegur dan mengingatkan
jika sudah menyimpang dari "seharusnya".Merupakan kebahagian jika para pembaca/pengunjung memberi saran dan masukan, semoga saran dan masukan memberi manfaat yang baik dan benar bagi semua.
Jika pengunjung/pembaca pengen mengetahui seperti apa tanggapan saya tentang resuffle kabinet Indonesia Bersatu?
Namun sebelumnya aku ingin sampaikan dan tegaskan bahwa ; "aku bukanlah rasialis, aku bukan pula primordial atau bukan pula chauvinis".Aku hanya seorang anak manusia ciptaan-Nya yang ditakdirkan dan lahir sebagai bangsa Indonesia. Aku sedang belajar memahami dan menerapkan yang seharusnya, karena sepertinya seharusnyalah demikian.
Berhubung karena tidak ada file tentang tanggapan yang saya kirim ke Media Indonesia Online, adapun tanggapan saya tentang resuffle kabinet Indonesia Bersatu lebih kurang intinya seperti ini;
I "Tersingkirnya tuan dari rumah sendiri"
Dikeluarkannya Abu Rizal Bakri dari "tim ekonomi" itu ibarat tersingkirnya tuan dari rumah sendiri.
Adapun latar belakang tanggapan ini adalah karena sebelumnya terdengar antara Abu Rizal selaku Menko Perekonomian dengan Mari Pangestu selaku Menteri Perdagangan tidak dapat bekerja sama secara maksimal.
Keadaan itu mungkin terjadi dikarenakan ada perbedaan prinsip dan pandangan.Terjadinya perbedaan pandangan itu adalah hal wajar.Kemungkinan prinsip dan pandangan Abu Rizal dipengaruhi faktor genetik yang konon merupakan putera daerah Propinsi Lampung keturunan dan generasi penerus "bisnis keluarga Bakri", sedangkan Mari Pangestu konon merupakan keturunan china. Sekali lagi, perbedaan itu wajar dan tidak perlu dipermasalahkan.Yang lebih perlu adalah solusinya yang "seharus"nya.
Jika tim ekonomi kabinet Indonesia Bersatu dianggap tidak sukses karena antara Menko Perekonomian dengan Menteri Perdagangan tidak dapat bekerja sama secara maksimal, maka selayaknya bukan Abu Rizal yang dipindahkan dari tim ekonomi melainkan Mari Pangestu.
Pertimbangannya;
Abu Rizal sebagai pengusaha yang konon merupakan penerus bisnis keluarga Bakri tentulah memiliki atau setidak-tidaknya mengetahui ataupun mewarisi "jurus-jurus atau resep" bisnis keluarga Bakri yang sudah teruji dan sukses sejak zaman Bung Karno. Boleh dikatakan "kampung perekonomian" merupakan kampungnya Abu Rizal Bakri.
Sudah layak dan seharusnya Abu Rizal Bakri diberi kesempatan untuk membangun "perekonomian keluarga Bakri" menjadi "perekonomian Indonesia Raya".Oleh karena itu seharusnyalah pula Abu Rizal Bakri tetap dalam tim ekonomi kabinet Indonesia Bersatu.
Maka dikeluarkannya Abu Rizal dari tim ekononomi sebagai Menko Perekonomian lalu dipindahkan dan diangkat menjadi Menko Kesejahteraan, itu ibarat "tuan diusir dan atau disingkirkan dari tanah air, kampung, ataupun rumah sendiri".
II IBARAT PUNGGUK MERINDUKAN BULAN
Jika disuruh untuk berharap terhadap kabinet Indonesia Bersatu maka saya beri tanggapan sebagai berikut;
Harapan merupakan pertanda kehidupan.Tapi jika disuruh berharap kepada kinerja kabinet Indonesia Bersatu, khususnya Menko Kesra, pos baru yang diduduki oleh Abu Rizal maka aku akan berkata; eeee....tunggu dulu.
Dengan memperhatikan dan mepertimbangkan latar belakang Abu Rizal, sepertinya mengharapkan kinerja Abu Rizal sebagai Menko Kesra lebih layak diibaratkan dengan "PUNGGUK MERINDUKAN BULAN".
Untung saja Abu Rizal masih berjiwa besar bersedia menjadi Menko Kesra.Mungkin saja, alasan persatuan dan kesatuan Indonesia, atau karena alasan lain Abu Rizal menerima jabatan itu. Maka jika Abu Rizal Bakri masih betah menduduki jabatan Menko Kesra, jika boleh aku hanya memberi masukan; carilah orang yang ahli dan piawai mengurus bidang bidang yang menjadi tugas dan tanggungjawab Menko Kesra.
Jika masih disuruh berharap, maka aku berharap agar Abu Rizal Bakri keluar dari kabinet Indonesia Bersatu.
Selanjuntnya, mari kita bangun "perekonomian keluarga BakRI" menjadi "perekonomian Indonesia Raya" agar jadilah Raya Indonesia. Semoga dan Insya Allah RAYA INDONESIA, karena sepertinya memang "SEHARUS"NYA

0 Comments:

Post a Comment

<< Home